Thursday, November 25, 2010

Hari Guru Nasional

Berita hari ini tentang pelaksanaan dan kegiatan dalam memperingati hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November 2010.  Gagasan awal sertifikasi, untuk meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Disayangkan ketika sertifikasi berjalan, pemerintah dinilai belum siap membentuk lembaga resmi pengukurnya.

“Sekarang sedang disusun instrumen pengukurnya. Kita tidak bisa mengukur, institusi yang mengeluarkan sertifikasilah yang berhak. Karenanya kita dorong Kementerian Pendidikan Nasional untuk mengukur kompetensi setelah mereka bersertifikasi,” ucap Kadis Pendidikan Kota Medan, Drs Hasan Basri, MM.

Mantan guru berprestasi ini mengaku, saat ini penilaian terhadap guru yang sudah lulus sertifikati hanya dilihat secara acak. “Kita tengok dia rajin, dia lebih mempersiapkan diri. Mungkin karena takut ditarik sertifikatnya. Itulah sebagian indikator penilaiannya, kita berharap lebih komprehensip,”ujarnya.

Hasan mengaku ada ditemukan disharmonasi antara guru yang lulus sertifikasi dengan yang tidak, tapi sifatnya hanya kasuistik. Bagi guru yang belum didorong untuk melakukan kompetensi dan menjalan tugas dengan baik.

Dia berharap sertifikasi tidak berhenti, tapi perlu dievaluasi sistemnya. Sistem portofolio dianggap sudah tidak relevan, karena lebih berdampak pada terjadinya manipulasi. “Siapa yang bisa mengukur prestasi seseorang tiga atau empat tahun lalu dengan hanya sebuah sertifikat. Kita menyarankan, mestinya dilakukan uji kompetensi bukan melalui portofolio,” saran Hasan.

Bayangkan, lanjut pria kelahiran Tanjung Pura ini. Portofolio bisa mendorong guru yang tidak berkarakter baik akan melakukan manipulasi. “Itu pasti!,” tegasnya.

Saat ditanya, apakah ada ketidakadilah antara guru yang tua tamatan SPG tidak dapat sertifikat dengan guru yang muda tapi cepat dapat lulus sertifikasi? Hasan menjawab, tidak ada ketidak adilan. Sebenarnya hanya soal kesempatan. Dinas Pendidikan Kota Medan mendorong kuota sertifikasi ditambah. Populasi orang yang disertifikasi lebih diperbanyak jumlahnya dan dibuat sesering frekuensinya, sehingga dalam kurung waktu 10 tahun, guru-guru yang patut diuji kompetensinya sudah mendapat kesempatan. Kalau tidak kompeten, tidak diberi sertifikat, tapi kalau berkomepten diberi sertifikat dan diberi tunjangan profesi.

Lho, soal tunjangan guru pantasnya kini bersyukur. Sepuluh tahun terakhir ini jumlah pendapatan guru per kapita rata-rata lebih atau sebanding dengan tenaga profesi lainnya. “Kalau guru yang bersertifikat saja mencapai Rp. 5 juta sebulan. Bayangkan, sungguh ini jauh lebih baik dibandingkan 10 tahun lalu,” ungkapnya.

Hasan mengaku, dari 12. 000 guru PNS di Kota Medan, dan 23.000 guru swasta, ada sekitar 3.000an lebih guru negeri dan swasta yang sudah lulus sertifikasi. Meski jumlah yang lulus sertifikasi baru sedikit, tapi soal tunjangan di Medan guru mendapat paling banyak tunjangan, baik berupa intensif maupun tunjangan fungsional lainnya. Guru PNS saja, kata Hasan mendapat tunjangan fungsional, kalau lulus sertifikasi mendapat tunjangan profesi, bahkan diberi apresiasi oleh pemerintah provinsi dan mendapat tunjangan tambahan dan tunjangan intensif dari APBD khususnya guru swasta.

Soal keterlambatan, Hasan mengatakan semua tergantung sistem anggaran. Anggaran di provisni sangat ditentukan pengesahan di awal tahun. Demikian juga dipusat dan pemerintah Kota Medan sendiri.

Kedua, soal mekanisme, kalau direct tidak ada kesulitan. Alasan membuat terlambat ada beberapa orang atau oknum guru yang mungkin secara adminsitratif tidak mempersiapkan diri dengan cepat.

“Jadi kalau secara prinsip keterlambatan menurut pandangan saya ketika guru bersabar dalam koridor masuk akal. Kan, tidak ada yang sampai tahun depan, kalau tahun anggaran masih sama. Ukuran kita anggaran direalisaiskan pada tahun anggaran berjalan, kalau dia tiga bulanan, bulan keempat diperoleh,” ujarnya.

Kepala Dinas yang sudah hampir 4 tahun ini berujar, sebenarnya tunjangan profesi bukan penghasilan utama guru tapi hasil tambahan. “Anggap saja sebagai tabungan,” ucapnya.

Penghargaan Guru Berprestasi

Memberikan penghargaan terhadap guru ternyata tidak hanya melalui memberi tunjangan, baik tunjangan fungsional maupun tunjangan profesi. Di Medan, kata Hasan Dinas Pendidikan setiap tahun malah memberi penghargaan terhadap guru berprestasi. Ada penghargaan diberikan kepada 100 guru berprestasi dalam tajuk ” Guruku Mutiara Bangsaku”.

“Setiap memperingati Hari Guru Nasional kita selalu memberikan apresiasi terhadap guru. Ini merupakan motivasi, sehingga mereka terus berkarya, mengabdi demi masa depan bangsa,”katanya.

Tahun 2010, Dinas Pendidikan Kota Medan juga akan memberikan penghargaan yang serupa terhadap guru berprestasi.

Memberi Pencerahan

Di tempat terpisah, diakui guru bersertifikasi memberikan pencerahan bagi anak didik. Di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, dari 160 guru yang mengajar, hampir separoh gurunya lulus sertifikasi.

Kepala SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan, Drs. Jaswar MPd mengaku, ada perbedaan yang mencolok ketika guru belum mendapat serfikasi dengan yang sudah lulus. Selama ini kurang berdisiplin. Kini disiplin tinggi, bahkan, mereka lebih meningkatkan kompetensi. “Ada beberapa dari mereka membeli laptop dari uang sertifikasi,” ungkap Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Sumut ini.

Perubahan lain, terhadap pencapaian mutu siswa, karena pelayanan sudah baik, hasil pasti akan baik dan terbukti kini tingkat pengetahuan anak-anak meningkatkan dan bertambah.

Soal pengawasan, di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan dilakukan sistem wewenang. Kepala sekolah memberikan wewenang yang luas kepada ketua jurusan, untuk mengawasi guru-guru yang lulus sertifikasi. “Jadi ketua jurusannya, kita gencot untuk memperhatikan dan mengevaluasi mereka,” katanya. Oleh: Muhammad Arifin analisadaily.com

.::Related Posts::.

0 komentar:

Post a Comment


Copyright © 2010-2099 - Simplization Template by Ardi33.Web.id